Sunday, February 22, 2009

Untuk Kawan di Surga

Terucap miris pagi ini tentang kepergian seorang teman

Rongga dada tak hanya sesak oleh nafasku

Begitupun kenangan bersamanya, sesak memenuhi tiap sudut ingatanku

Aku terbuai kedukaan, memaksa mengintip celah kecil tahun yang lalu

Saat berjuang mengais rezeki bersama dengan peluh terurai

Saat menapaki sand dune, refleksi endapan bekas pantai nun jauh di sana

Saat mereguk kesombongan dunia di tepi sungai Seruyan

Bahkan saat kami saling berbagi potongan hati terkecil kami

Aku tentu saja masih mengingatnya…

Kemudian kami terpisah oleh batas administrative propinsi

Terbelenggu oleh sinyal komunikasi provider yang tak pernah ada

Tertahan rantai kesibukan, memaksa kami menelan pahit kata ‘terpisah’

Sungguh menyesal, aku terkalahkan oleh itu semua

Hanya sebuah buku yang sempat aku titipkan untuknya

Kata-kata perenungan hati yang bijak mengalir deras

Ya Robb.. tubuhnya keropos, tapi tak sedikitpun hatinya

Hatinya tetap baja yang dulu, yang telah tertempa deraan hidup

Dia tak hanya sekedar teman,

Dia sahabat, sejak pertama kami bertemu

Di cerminnya kulihat bayangan seorang ayah.. tegar menopang tanggung jawab

Subhanallah… belum pernah kutemui hati selembut itu…

Belum pernah kulihat urat putus asa di wajahnya

Semangat, setia, penuh keyakinan adalah aura yang terus membayanginya

Teman, kawan, sahabat.. semoga diberi kelapangan untukmu

Mengarungi lautan akhirat dan bertemu wajahNya..

Persis seperti yang dulu selalu kita debat dan impikan

Selamat jalan Dwiyanto,

es batu itu milikmu sekarang, air dingin itu untukmu selamanya

sop buntut dan sate kambing menantimu di surga

0 komentar: