Baru saja saya dan teman-teman sekantor selesai nonton pertandingan Final Futsal, yang berlaga memperebutkan Posisi 1 dan 2 tak lain adalah kantor tempat saya bekerja melawan kantor lain yang berada di satu gedung juga. Hmm.. skornya bisa dibilang menohok jantung teman-teman saya yang bermain, 6-1 untuk lawan, setelah sebelumnya kami selalu menang dalam tiap pertandingan dengan skor tipis, tentu saja skor kali ini bisa saya bilang 'menohok jantung'.. (haha, mungut dimana nih kosa kata?).
Terlepas dari menang dan kalah, semua terlihat senang karena lomba ini dan lomba-lomba lainnya diadakan dalam rangka merayakan HUT RI ke-64. Jarang ada kesedihan kalo kita sedang merayakan sesuatu, coba aja; merayakan ulang tahun, merayakan kelulusan, merayakan keberhasilan, merayakan kesuksesan, dan lainnya.. kata merayakan hampir selalu diikuti dengan kata benda abstrak yang sifatnya menyenangkan, sehingga hal-hal kecil yang tidak menyenangkan dapat dengan mudah tidak dirasakan. Tapi, tau nggak sih? saya merasa ada 1 kata yang sering dilupakan dibalik kata 'merayakan' tadi.. yaitu; memperingati. Iya, rasanya kalau kata punya rasa, pasti rasanya tidak adil untuk kata 'memperingati' karena ia sering dilupakan jika kita sedang merayakan sesuatu. Merayakan bersifaat perayaan, 'raya' berarti besar. Perayaan lebih dominan ke luar dibanding ke dalam diri kita (saya, maksudnya), disadari atau tidak tapi itulah kenyataannya, coba deh inget-inget, terakhir kita merayakan sesuatu, terus hitung prosentase perayaan di luar diri kita dengan peringatan ke dalam diri kita sendiri, kalo saya pribadi, valid 90% adalah perayaan.
Nggak ada yang salah memang (dan tulisan ini dibuat bukan untuk menyalah-nyalahkan) dengan merayakan sesuatu, tapi kali ini saya mau mencolek-colek sedikit hati nasionalisme saya (dan pembaca), setelah merayakan HUT RI dengan gegap gempita nasi kuning serta panjat pinang, udah pernah belum sih dari kita, termasuk saya untuk 'memperingati' HUT RI tersebut ? memberi peringatan ke diri kita sendiri bahwa... 'Halooo Negara kita sudah 64 tahun looo merdekanya...' Lalu apakah Indonesia ini sudah bener-bener jadi identitas kita yang mengaku sebagai WNI ? tentunya nggak hanya di KTP, lebih dari itu menurut saya.. Terus terang, saya mengaku WNI, kalo ditanya 'cinta Indonesia?'.. jelas cinta! Orangtua saya kan orang Indonesia dan saya lahir di Indonesia, titik! Cuma sampai disitu pemahaman saya tentang Indonesia sebagai identitas, menyedihkan? ..belum, tunggu cerita selanjutnya.
Saya pernah ditanya oleh seorang teman yang inspiratif dalam sebuah forum terbuka, 'tau apa arti Indonesia?'... bola mata saya berputar *tanda berpikir* lalu dia nanya lagi kepada saya dan teman-teman lainnya yang ada disitu ; 'tau lagu daerah Rasa Sayange kan yang baru-baru ini diklaim oleh negara tetangga sebagai lagu daerah mereka ? tau nggak sejarahnya lagu itu?' dia memberondong kami dengan pertanyaan-pertanyaan berdaya ledak tinggi. Dan, saya pun tak bisa menjawabnya, bahkan sekedar jawaban dalam hati. Lalu dia berbisik lagi kepada kami, pelan...'kamu tau nggak cara menghancurkan Indonesia ?' sebelum kami sempat menjawab dia kembali melanjutkan dengan wajah serius 'hancurkan saja ingatan sejarahnya'... Saya terdiam dan kaget. Tapi, kalo dipikir-pikir, ya benar juga .. Bagaimana saya bisa bilang Cinta Indonesia sementara ingatan dan apresiasi saya terhadap para pejuang-pejuang itu nol besar, gimana mau memberi apresiasi kalo fakta sejarah perebutan kemerdekaan Indonesia tak saya pahami betul, dan... ya ampun, bisa-bisanya marah-marah waktu kekayaan budaya Negrinya diklaim negara lain, sementara kesehariannya telah terseret globalisasi dan melupakan budaya lokal, kenapa marah-marah sedangkan usaha untuk melestarikan budaya Negrinya makin terkikis dengan modernisasi??
Well, agaknya di Tahun ke-64 RI ini saya akan mengambil tindakan serius terhadap diri saya; "Memperingati HUT RI ke 64"... mengingatkan saya bahwa Bung Karno dan pahlawan-pahlawan nasional dan daerah lainnya tak ingin Indonesia ini hancur dan tak berbudaya, mengingatkan saya bahwa, sejarah berdirinya NKRI ini panjang bukan main, mengingatkan saya juga kalau seandainya saat itu Cut Nyak Dien, Pangeran Diponegoro, Marta Tiahahu, Pangeran Antasari, I Gusti Ngurah Rai, Amir Syarifudin, M. Yamin, Hatta, Soekarno, dan seluruh pahlawan Nusantara tidak gigih berjuang untuk merdeka.. masih adakah Negri yang kita sebut Indonesia ini ? Biar saja coretan hitam, merah, putih dan abu-abu sejarah ini terkuak dan diketahui karena itulah perjalanan panjang Indonesia. Karenanya sejak saat ini telah saya tanamkan keinginan kuat untuk mengetahui dan mempelajari kembali sejarah bangsa ini, karena itulah identitas saya; Indonesia.
Tulisan ini untukmu; Indonesia.. Bayi demokrasi yang sedang belajar merangkak
Sepenggal pikiran ini setidaknya menjadi buah semangat ku untuk lebih menghargai negrinya. Tidak hard cover memang, tidak setebal diktat kuliah tentu, dan pastinya tidak akan jadi best seller... tapi yang saya percaya akan membuat saya selalu ingat untuk menghargai dan melestarikan sejarah dan kebudayaan Indonesia, identitasnya.
Selamat merayakan dan mari semangat untuk memperingati HUT RI ke-64 ini
Tulisan ini terinspirasi oleh dan didedikasikan untuk teman-teman di grup Komunitas Historia Indonesia, Bandung Trails, Sahabat Musium, Komunitas Jelajah Budaya dan semua teman di seluruh Nusantara.
Thursday, August 13, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment