Sunday, September 20, 2009

Paradoks di 1 Syawal

Idul Fithri 1430 H

Lebaran yang hampir sama tiap tahunnya. Sholat Ied, ke Bandung, sungkem sama keluarga dan merenung. Hampir di tiap renungan tahunan, do'a saya selalu sama, yaitu ingin kembali bertemu Ramadhan tahun depan. ada perasaan yang campur aduk tahun ini, memiliki perasaan sedih dan bahagia sekaligus di hari yang suci. Padahal saya sendiri masih belum tahu, perasaan apa sebenarnya yang umum dirasakan di hari Idul Fithri ini? Mungkin jawabnya bisa lebih dari satu jawaban. Saya merasa sedikit sedih, sedikit bahagia, sedikit menyesal, sedikit bingung.. sedikit nggak tau harus ngapain, sedikit kehilangan kata-kata juga waktu mau nulis ini. Buat saya dan sebagian orang mungkin arti Idul Fithri adalah kebersamaan dan kekeluargaan. Ngumpul sama keluarga sesuatu yang langka saat ini. Waktu saya di rumah untuk berkumpul sama Ibu, Bapak, Neno, dan Dimas cuma 24-30 jam / minggu net. Tapi, sekarang yang ada apa? Bapak sedang nggak disini dan Mbi masih belum bisa pulang ke Indonesia tahun ini. Sejujurnya? sedih... iya, jelas! Nggak usah ditanya bahkan. Alasannya kurang bisa dipahami, demi pekerjaan dan nafkah katanya, meskipun tidak secara eksplisit dikatakan kepada kami. Sebuah alasan yang terlalu dibuat-buat menurut saya. Kami memang bukan keluarga yang kaya raya tapi tak juga yang kurang mampu, itu sebab kenapa saya bilang alasan itu terlalu dibuat-buat. Saya tahu, kami tahu tepatnya, bahwa beliau pergi bersama kesalahan yang ia tutupi, bersama prasangka yang ia ciptakan sendiri, dan bersama ketakutan yang tak berani ia hadapi. Manusia dan manusiawi.. mau bilang apa? ...........*menghela nafas panjang. Itu beberapa hal yang membuat saya sedih di Idul Fithri kali ini. Ketidaklengkapan anggota keluarga saat hari raya sudah sering koq saya alami dari saya masih kecil, saya sudah diajarkan untuk bertoleransi tentang hal ini. Tapi kali ini, rasanya lain karena yang tadi saya bilang.. alasan yang terlalu dibuat-buat dan tak masuk akal. Walaupun demikian berkah Idul Fithri selalu membuat siapapun merasa berbahagia dan ingin berbagi kebahagiaan itu. Juga membuat saya tetap istiqomah dan sabar dalam menghadapi apa yang akan terjadi. Insya Allah kesedihan kali ini akan berbuah manis untuk keimanan saya. Allah tak akan memberikan sesuatu dengan percuma dan saya tak ingin hanya dimangsa usia dimakan perasaan kalut yang berlarut-larut. Nggak akan nyerah, nggak mau sedih lama-lama. Pintu maaf di hati ini sudah saya biarkan terbuka lebar-lebar, tanpa saya berusaha tutup lagi, kuncinya pun sudah saya buang jauh-jauh. Semoga setelah keikhlasan saya dari peristiwa ini, Bapak saya akan kembali pulang dengan membuka tangannya lebar-lebar untuk kami, keluarganya. Tangan-tangan yang merentangkan kejujuran dan keikhlasan untuk memaafkan dirinya sendiri, serta hati yang telah ditelanjangi dan lahir kembali, yang telah meninggalkan koper-koper berisi penuh kebobrokan dan kebohongan. Insya Allah...

Alhamdulillah ya Allah, bahagia rasanya bisa ikhlas atas kejadian ini yang masih terus berlangsung. Bahagia rasanya masih bisa mengucap syukur di hari yang Fithri ini, tanpa beban. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah... telah Kau bukakan jalan untuk saya agar bisa belajar berbagi dan yang terpenting, masih ada kesempatan untuk bersimpuh di kaki Ibu, wanita berhati mulia dalam hidup saya, untuk meminta maaf atas kekhilafan saya selama ini.

0 komentar: