Monday, August 30, 2010

Cerita di Akhir Minggu Kedua di Bulan Ramadhan


Saya VS Saya=Hampir KO


Seperti kebanyakan Ramadhan yang sudah lewat. Minggu kedua hal yang paling sering saya alami; taraweh mengendor, raka’at tetep 23 tapi intensitas dalam 1 minggu mungkin hanya 3 atau 4 hari saja, hari lainnya sibuk memenuhi undangan buka puasa bersama, alih-alih menyambung silahturrahmi saya pun kedodoran mengejar target untuk mengkhatamkan Al Qur’an. 30 djuz yang normalnya dicicil 1 djuz / hari menjadi tadarus kebut-kebutan untuk saya, kadang 1 hari harus kejar setoran membaca 3 djuz sekaligus. Setelah ngos-ngosan, khusyu’ pun menjadi nomor kesekian untuk mengkaji isi yang saya baca. Sayang, saya sangat menyayangkan diri saya yang kalah oleh diri saya sendiri. Saya mencibir diri saya yang dengan mudah memble dan kendor dalam niat beribadah.

Cerita Lain dari Atap Sebuah Plaza

Seperti yang saya bilang, bulan puasa seperti moment pas untuk bertemu dengan teman yang sudah lama nggak ketemu, padahal ngobrol pun tetap bisa dilakukan lewat telfon / YM / skype / FB (sorry if i don’t mention BBM, it’s just because i’m not into itàtetep belagu dengan N70 saya yang sudah semaput). Oke, akhirnya bertemulah saya dengan sahabat semasa kuliah, nggak lama-lama banget sih kita nggak ketemunya, baru 1 minggu yang lewat dari sebelum kita bertemu lagi, tapi agaknya banyaknya cerita yang ingin dibagi tak cukup sekedar lewat ketikan jari yang muncul di layar monitor. Ekspresi yang ingin didapat tak sekedar dari emoticon di YM saja, ingin lebih dari itu.

Dan, disinilah saya malam itu, duduk di sebuah meja kecil, beratapkan kanopi mewah dari sebuah Plaza di pusat kota Jakarta, memandang gedung-gedung bertingkat Jakarta yang baru keliatan cantik di malam hari. Seandainya mobil-mobil di jalan raya itu macet total tak bergerak pasti akan menambah indahnya kelap kelip lampu Jakarta, saya tau itu kejam, sangat kejam kalau berharap malam itu macet total. Percakapan dimulai dengan sebatang rokok dan terus menerus tanpa henti. Minuman yang dipesan hanya dua gelas; secangkir cappucino dan segelas jus jeruk. Saya nggak akan menguraikan seluruh cerita kami, terlalu membosankan rasanya untuk dibaca karena yang mengerti hanya saya dan dia. Tapi ada benang merah yang jelas melilit dari cerita kami. Tanpa sadar di sela-sela ceritanya, teman saya itu mengutip sebuah pertanyaan tokoh terkenal; Mario Teguh, yang membuat saya manggut-manggut. Begini katanya; “Seperti apa sih kondisi paling sulit yang sedang kita hadapi atau pernah kita hadapi dalam hidup ini?” Belum sempat saya menjawab, dia menambahkan “Sesulit apapun itu toh pada akhirnya akan dilewati juga kan? toh akhirnya anda berhasil melewatinya kan?” Dia memandang saya, seolah-olah pertanyaan itu ditujukan kepada saya. Lalu saya smash dia balik dengan pertanyaan yang sama; “Menurut lo, apa situasi paling sulit yang sedang lo hadapi saat ini?”. Pertanyaan datar saya tanpa ekspresi dengan suara sedikit kencang mencoba mengalahkan live music di sebelah sana. Saya merangkum jawabannya dengan sangat sederhana; keadaan saat merasa mentok nggak punya kerjaan, harap-harap cemas menunggu datangnya jawaban dari si empunya pekerjaan, ditambah lagi dengan usia yang tak lagi bisa leyeh-leyeh dan berleha-leha, ditambah Hari Raya yang semakin dekat serta keinginan untuk sekedar mengoleh-olehi Ibunda dan adik tercinta nun jauh di kampung sana. Kira-kira begitulah rangkuman saya atas jawaban lancar nan panjang si teman.

Masih setia mkendengarkan ceritanya, saya agak sedikit mengalihkan pikiran saya sendiri dengan menanyakan pertanyaan yang sama ke diri saya sendiri. Rangkuman jawaban saya berbeda dengan dia. Jawaban tentang kesulitan hidup saya yang pertama masih berkutat seputar sakit hati karena skor TOEFL yang nggak sesuai harapan, kedua masih sakit hati dan sakit dompet karena rencana untuk ambil kursus dan Tes IELTS untuk menambal skor TOEFL terlampau mahal. Akhirnya cita-cita terbesar saya untuk sekolah S2 di Delft pun harus terlunta-lunta. Saya memang belum pernah merasakan menganggur yang cukup lama (Alhamdulillah). Jeda dari satu kerjaan ke kerjaan lain paling lama berkisar 1 bulan. Mungkin saya kurang menghayati cerita si teman karena belum pernah mengalaminya, tapi kan bukan berarti saya nggak pernah mengalami masa sulit juga. Ibarat rumus kimia air dan uap air; sama rumus kimianya (H2O) tapi berbeda wujudnya. Sama nyeseknya tapi beda situasi yang dihadapi.

Persoalan hidup ternyata juga mengikuti Teori Relativitasnya Enstein. Setiap orang mempunyai pandangan sendiri terhadap sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri dan kadang atau seringkali pandangan kita terhadap sesuatu tersebut salah. Seperti ketika berada di dalam kereta yang diam lalu memandang kereta di jalur sebelah yang bergerak perlahan. Seolah-olah seperti kereta kita yang bergerak tapi kenyataannya tidak, kereta kita diam. Jadi, giliran saya yang melempar pertanyaan yang sama ke anda sekalian “Menurut lo, apa situasi paling sulit yang sedang lo hadapi saat ini?” Hati-hati sebelum menjawab karena bisa jadi, itu bukanlah yang tersulit, karena apa? Karena lo masih bisa berada di tengah-tengah orang yang lo sayang.

Be happy, be happy, be happy, be grateful, because God created you to make your own life worth and meaningful for others

Note: Terimakasih teman, ternyata di antara kepulan asap rokok kita malam itu tak hanya canda gurau kita saja yang terdengar. Kita memang jarang sama-sama susah tapi setidaknya gue akan selalu ‘kenal’ sama lo.
And u know what ? i think Allah bless Umi for having her best son

4 komentar:

M. Remie said...

Senang bacanya...

Gita Saraswati said...

thank you Re ^_^

fithri said...

waahh..gw baru baca ni ta tulisan lo yang ini....
gw nggak tau apakah ini masa tersulit buat gw, gw sendiri nggak mau bilang ini sulit, gw berusaha meyakini diri gw sendiri dan adek2 gw begitulah hidup, selesai dengan ujian yang satu akan muncul ujian2 yang lain..tapi seperti yang lo bilang gw masih dikelilingi orang2 yang gw sayang dan memberikan kekuatan untuk bersama2 menghadapi semuanya..
thanks sist for posting this one..^^

Gita Saraswati said...

Fithri...aku terharuuu...kakak yang hebat buat ipan,kiki,dan vina. Begitulah..tiap orang punya definisinya sendiri tentang 'hardest situation' dan betul..lepas dr 1 ujian akan datang yang lainnya. Orang-orang yang kita sayang; keluarga,temen,sahabat..adl kekuatan kita..U're most welcome ukhti..*peluk fithri*