Friday, September 21, 2012

Manado oh Manado


Nggak pernah terbayang sebelumnya ada di kota ini, rencana yang penuh dadakan dan gila !
Awalnya saya hanya menghabiskan waktu di Balikpapan, silahturrahmi dengan tante dan om di Karang Bugis nggak lupa temu kangen sama si akang gembala sapi -dicky haris hidayat- Tapi setelah 2 hari saya merasa Balikpapan kurang menarik, entah kenapa, mungkin karena teman, tante, dan om saya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, lalu, tiba-tiba saja Manado terlintas di pikiran bersama bayang-bayang indah sang Bunaken. 

Bukan hanya teman saya yang kaget ketika tiba-tiba tahu saya di Manado, saya pun kaget! Manado benar-benar tidak teraba oleh saya karena tak ada saudara atau teman yang berdiam disana.. Dengan mengucap bismillah, bersama semangat bertualang saya pun sampai di Manado, jam 8 malam. Dengan gaya sedikit songong ala Jakarta saya mencari taksi dan minta diantar ke hotel yang (tanda kutip) murah meriah. Akhirnya menginaplah saya di Hotel Clebes, lokasinya strategis, dekat dengan pelabuhan kapal-kapal yang berangkat ke Bunaken dan tidak terlalu jauh dengan boulevardnya Manado dan yang penting:: Murraah, kalau nggak salah hanya 80,000 / malam, standart kamar: tempat tidur, AC, kamar mandi dalam tapi gak termasuk sarapan lo ya. 

Awalnya bingung menyusun rencana karena nggak kenal siapa-siapa. Mau ikut paket jalan-jalan dari hotel, terus terang kelewat mahal buat saya yang hobi jalan-jalan murah. Beruntung saya kenalan sama seorang teman, pemilik restoran Dabu-Dabu di boulevard Manado, namanya Sammy. Dia yang memberikan saya guidance 'how to enjoy Manado' in a cheap way, setelah ngobrol panjang sama dia, saya jadi makin semangat menyusun rencana untuk esok hari.

Hari-1:: saya ingin jalan-jalan keliling kota Manado, berbekal peta kota saya naik oto yang entah kemana jurusannya. Beginilah cara manual saya begitu tiba di sebuah kota, naik aja angkot, ikut kemanapun dia pergi dan berhenti kapanpun saya mau, toh saya punya peta, GPS, dan mulut untuk bertanya (ini dia yang paling penting untuk orientasi bacot!). Pendek cerita si supir oto tahu kalau saya turis domestik dari Jakarta, dan kalian tahu apa yang dia lakukan ??? Semua penumpangnya diminta dengan hormat untuk turun dari otonya karena dia mau mengajak saya berjalan-jalan keliling Manado... Subhanallah.. Dan kalian tahu apa reaksi para penumpang ??? Mereka turun dan berganti oto dengan senang hati sambil mengucap 'selamat menikmati Manado ya Mbak'..ck...ck...ck double Subhanallah...
Si supir oto yang bernama Arie bercerita panjang lebar tentang Manado, betapa ramahnya kota Manado dan juga betapa sibuknya Pemda karena Manado akan menjadi tuan rumah World Ocean Centre tahun 2009 (perjalanan ini sekitar Agustus 2007).. sampe cerita ke masalah pribadinya alias curhat booook dia.. hehe, serru ajah. Tak terasa kamu berjalan-jalan sampai sore, sorenya kami memuaskan lidah dengan berjajan jajanan khs Manado, di antaranya bubur Manado

Kota Manado termasuk bersih dan rapi, Dinas kebersihan dan tata kota terlihat disiplin untuk memunguti sampah warga kota, terlihat dari banyaknya plang pemberitahuan waktu-waktu pengambilan sampah.. i was amazed of it. 

Esoknya saya ke pelabuhan, niat bermain di Bunaken memang mengalahkan segalanya! Ini yang membuat saya berani mendatangi para pemilik kapal untuk tawar menawar harga ke Bunaken, karena saya sendiri harga yang agak mahal tak bisa dielakkan sedangkan kalau saya menumpang rombongan, mau tak mau kebebasan saya bereksplorasi disana mungkin tak terpenuhi.. akhirnya dengan diplomasi kelas kacangan dan kelihaian 'sedikit merayu' saya dapat harga yang lumayan (good job git!!). Sesampainya di Bunaken, saya menyewa snorkel dan mulai bereksplorasi (sendirian) dengan snorkling.. Subhanallah.. indah niaaan pemandangan di bawah sana, berdebar rasanya ketika makhluk-makhluk air itu lewat di hadapanku.. begitu juga saat melihat hamparan terumbu nan cantik.. agh... ada perasaan takjub yang menyisip ke dalam hati. Saya begitu semangatnya bersnorkling, tak lagi kuhiraukan panas yang menyengat apalagi jarum-jarum kecil yang menusuk perih di tubuh yang merupakan bentuk perlindungan dari para terumbu tersebut terhadap makhluk asing yang mendekatinya.

Puas bersnorkeling di Bunaken, saya pun lanjut ke Siladen, pulau ini lebih sepi, nggak banyak orang bersnorkling, lebih banyak diisi oleh turis mancanegara yang gemar diving. Saya menghabiskan waktu sejenak dengan berkontemplasi disana, menenangkan hati dengan mendengar suara ombak... (daripada jadinya curhat mending dilanjutin aja ya ceritanya?!). Seharian bener-bener nggak terasa, oia.. saya pun jadi punya temen baru, nggak lain Pak Untung sang pemilik kapal, dia yang menunggui saya snorkling, dia yang sabar menjawab pertanyaan saya seputar Bunaken, dan kami pun juga memancing looo.. Inilah kekayaan dari perjalananku, belajar untuk lebih mencintai negriku yang kumulai dari mencintai budaya dan kekayaan alamnya juga teman-teman baru yang tulus membantu.

Puas bermandi matahari di Bunaken, esoknya saya berniat jalan-jalan ke Tomohon yang terkenal dengan sebutan Kota Bunga dan memiliki cuaca yang lebih dingin. Saya mulai perjalanan dari hotel dengan naik oto ke terminal lalu naik elf yang lebih mirip 'mobi penyiksaan' -gak jauh beda lah sama bis-bis kota di Jakarta yang menjadikan para penumpang layaknya sarden- Saya duduk di pinggir jendela, dengan kebiasaan lama; membuka jendela lebar-lebar dan membiarkan hawa sejuk pegunungan menerpa wajah, menghanyutkan diri seolah-olah bintang video klip band musik kacangan tanah air, hehe. Elf menanjak tertatih di bibir pegunungan menuju Tomohon, saya sedikit khawatir, kuperhatikan wajah para penumpang dan sang supir, mereka tampak tenang dan terkendali.. kadang kebiasaan menjadikan kita optimis dan malas berpikir kemungkinan-kemungkinan lain, melihat situasinya dipastikan mereka kerap berhasil melewati tanjakan ini.

 Tak banyak yang saya kunjungi di Tomohon, saya lebih menikmati suasana kota yang sejuk, kecil, nyaman, dan asri. Begitu saya masuk kota ini, terlihat ribuan bunga tertanam di sepanjang jalan dan hampir tiap rumah memiliki pekarangan bunga seolah showroom yang wajib dipamerkan oleh para warga. Waw.. disini polusi benar benar KO oleh udara bersih, saya langsung jatuh cinta dengan kota kecil ini; tidak ramai dan sumpek dan ramah.. Saya duduk manis di sebuah kedai mi ayam, dengan hanya memesan teh hangat dan semangkuk obrolan yang tak kalah hangatnya dengan pemilik kedai, menyenangkan sungguh! Pulangnya saya sempatkan mampir di Lahendong, tempat manifestasi geothermal, bermandi-mandi air panas dan berleha-leha... ahh.. nikmatnya

Ada sebuah cerita lucu waktu di Manado. Waktu itu saya ke sebuah restoran di pinggir pantai di daerah boulevard, dengan cueknya saya memesan cap cay tanpa curiga dan alert sedikitpun tentang mayoritas penduduk Manado yang mengkonsumsi daging babi. Begitu cap cay yang terlihat lezat itu terhidang, saya mencium roma yang kurang sedap... kontan si pemilik restoran menghampiri saya, lalu dengan basa basi dia bertanya "mbak orang jawa ya..? makan babi kah?" dengan sopan saya menjawab "Maaf, saya nggak makan babi..." segera saya mengerti maksud pertanyaannya, rupanya si cap cay tadi dimasak dengan daging babi.. lalu kamipun menatap sedih pada piring cap cay.. selera makan saya hilang, mengalah pada akidah prinsipil, dan saya hanya menelan ludah. Lalu dia meminta maaf karena lupa mengingatkan saya kemudian sebagai gantinya.. Dia menyediakan jus mangga special.. "kali ini tanpa babi koq mbak" guraunya, sangat pas dan segar di hari yang panas saat itu.

Akhir perjalananku di Manado.. Alhamdulillah, saya mengakhirinya dengan senyum dan melambai pada kota ini dan bersyukur sempat berkunjung dan berjalan-jalan dan juga sempat kenal dengan teman-teman yang baik hati, semoga Allah membalas kebaikan kalian...amien

Makasih spesial teruntuk:: 
Arie (supir angkot), Pak Simon (supir taksi), Pak Untung (supir kapal), Sammy (Dabu-Dabu Resto), Dabid (Juice mangga tanpa 'babi')

Details for acoom::
Hotel Clebes located at Jl. Rumambi No.8 ------ Keompleks Pelabuhan Manado 
(0431 870 425)

0 komentar: